x

Terlupakan ! Jejak Leluhur Kerajaan Garassi’ di Bukit Salabose Jeneponto

waktu baca 4 menit
Jumat, 19 Apr 2024 00:36 0 1080 BASIR HASGAS

Jeneponto,Liputan4.com–Dalam sejarah perkembangan kerajaan di Sulawesi Selatan seperti kerajaan Gowa dan Tallo, terdapat pula wilayah persebaran orang Makassar dikenal sebagai wilayah bekas kerajaan lokal yang cukup besar dan luas pengaruhnya di daratan jazirah Sulawesi Selatan .

Seperti kerajaan Garassi (Garassikang) yang tak banyak orang ketahui. Jejak leluhur karaeng Garassikang hingga kini masih ada di desa Garassikang kecamatan Bangkala, dimana terdapat makam (kuburan) keturunan Makkaraeng Datu Lolo yang merupakan anak raja Gowa (Sombaya) di atas bukit Salabose sebelah kiri Karamaka kecamatan Bangkala Barat.

Salah satu penulis artikel tentang Jeneponto, Masyarakat dan kebudayaannya yakni Patta Hindi Asis pernah menulis kerajaan lokal diantara 4 kerajaan besar di Jeneponto seperti Binamu,Bangkala dan Arungkeke yang bernaung di bawah kerajaan gowa yakni kerajaan Garassi (Garassikang).

Begitu pula dikutip dari lontarak appannassai yang ditulis oleh PANANRANGI HAMID dan TATIEK KARTIKASARI yang disahkan DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL BAGIAN PROYEK PENELITIAN DAN PENGKAJIAN KEBUBAYAAN NUSANTARA TAHUN 1992/1993.

Bercerita lontarak appannasai tersebut diketahui terdapat kerajaan disebut Garassikang terletak di kecamatan Bangkala (sekarang). Isi cerita tertuang dalam naskah pada halaman 57 nomor 31-35 yang berbunyi sesuai terjemahan.

Anaknya Banrimanurung bersama
Karaeng Pauranga, I Batara Langi dan Liampayabang. Batara Langi inilah yang memperisterikan anaknya Kojaya dan
Ia pun melahirkan tiga orang anak. Massaguling, Sawempalage, dan perempuan bergelar Golla Tauwa ( Bainea). Massaguling pergi ke Garassikang sedangkan Sawempalangi pergi ke Punagaya.

lyampayabang berjodoh dengan Karaeng Tamamapa, lahir-lah Palembanawa, menikah dengan Golla Tauwa (Bainea) maka lahirlah Latena Bangkala. Latena Bangkala inilah yang menikah dengan puterinya Karaeng Lowe ri Marusu, lahirlah Puwang Kope. I Puwang Kope, I Passinring, gelar kebangsawanannya (ialah) Karaeng Labbuwa Talibannanna.

Menariknya dari naskah lontarak ini diceritakan bahwa merkipun kerajaan Garassi terbilang kecil, namun memiliki garis keturunan langsung dari salah satu raja gowa (sombaya). Diketahui karaeng Garassikang memiliki permaisuri cantik konon bernama Mindah Garassi yang kemudian dipersunting oleh salah satu raja gowa dan memiliki anak tersohor bernama Makkaraeng Datu Lolo bahkan kabarnya tumbuh dan besar di sisi baginda raja Gowa, hal itu terdapat dalam terjemahan naskah lontarak appannassai halaman 59 nomor 56 sampai 65 dan diulas detail pada halaman 111 di naskah tersebut.

Jalan menuju makam keturunan raja Garassi di Bukit Salabose kecamatan Bangkala

Keberadaan kerajaan Garassi dipertegas pula di lontarak koleksi ANRI rol/62/1/2017, yang di tulis pada jurnal Etnografi Indonesia oleh Muhlis Hadrawi dengan deskripsi terjemahan berbunyi:

Anak Karaéng Kalimporo membuka negeri Mammapa/ Dialah yang beranak dua, seorang perempuan dan seorang laki-laki/Perempuan bernama Batara Langi’, yang Laki-laki bernama Sau Palingé/ Batara Langi’ lah yang melahirkan Tunibatta/Tunibatta melahirkan Tumakajia/ Tumakajia membuka negeri Ba(ng)kala/ Dialah digelar Tuan Bangkala (Laténa Tubangkala)/Laténami Bangkala melahirkan Tumalompowa Battanna/Tumalompowa Battanna yang beristri di Gowa, memperistrikan anaknya Tunipallangga, seorang raja Ribiliq Tanggaya bernama I Daéng Mangamu/Melahirkan dua anak, seorang laki-laki dan seorang perempuan/Anak laki-lakinya menjadi Raja Bangkala/ Sedangkan anak perempuannya menjadi Raja di Garassikan/ Tumalompoa Battanna beristri lagi di Layu, melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian menjadi raja di Layu.

Meskipun pada naskah kedua lontarak tersebut ada perbedaan ulasan, namun sejatinya mengakui adanya raja Garassi (Garassikang) yang memiliki kuasa dan pengaruh dan memiliki satu garis keturunan dengan kerajaan Bangkala satu darah dari kerajaan tertua di Butta Turatea yakni kerajaan Kalimporo dan Karaeng Ujung Moncong .

Bahkan Muhlis Hadrawi merinci dalam jurnalnya hubungan darah Bangkala dan Garassi dimana antara Bangkala dan Garassi menurutnya bukanlah kerajaan yang terpisah dan tidak berkaitan sama sekali. Justru keduanya memiliki hubungan kebangsawanan yang tercipta melalui kawin-mawin antar bangsawan.

Hadrawi menulis berdasarkan data naskah rol 49/17 tentang silsilah kebangsawanan Bangkala disebutkan Latena Bangkala yang diidentifikasi sebagai raja Bangkala
sesungguhnya, darahnya berasal dari keturunan Garassi.

Namun dalam tulisnya lagi hanya karena pengaruh politik dan ambisi Gowa meluaskan hegemoninya ke wilayah Turatéa, maka Bangkala dan Garassi terbawa pada arus kepentingan yang berbeda. Bangkala memilih berada pada posisi aman, sehingga lebih memilih menjalin hubungan baik dengan Gowa, sementara Garassi (Gresse) dan Sidenre tetap mempertahankan diri dan melakukan perlawanan dengan Gowa.

Efek derita kekalahan perang itu terefleksikan pada naskah, yakni silsilah raja-raja Garassi ‘terputus’ yang menandakan adanya kemandegan pewarisan mahkota. Meskipun demikian, ada kesan bahwa silsilah kebangsawanan Garassi terkonstruksi kembali ketika Bangkala tampil sebagai pemegang kendali Turatéa atas kuasa Gowa. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan Bangkala dan Garassi tetap terjalin dengan baik, walaupun kedua kerajaan itu memiliki haluan politik masa lalu yang berbeda.

Sumber: https://repositori.kemdikbud.go.id/13466/1/Lontarak%20ampannassai.pdf
Sumber: https://www.researchgate.net/publication/327181311_Bangkala_dan_Binamu_Suatu_Kajian_Naskah_Lontara’_Dalam_Sosial-Politik_Jeneponto_Kuno

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Maulid Nabi Muhammad Taliabu
Era Maulid Nabi Muhammad
PALANG MERAH INDONESIA
Menuju Taliabu Emas
Era Baru Menuju Taliabu Emas
LAINNYA
x
x