x
HARI KARTINI

Kerajaan Nagur Disebut Nenek Moyangnya Orang Batak

waktu baca 4 menit
Minggu, 1 Okt 2023 00:25 0 509 SARIANTO DAMANIK

Bahkan, Kemunculan Lebih Awal dari Kerajaan Sriwijaya

Liputan4.com – Tahukah Anda bahwa terdapat kerajaan yang lebih tua dari Sriwijaya di Indonesia? Ya, jawabannya adalah Nagur.

Menurut sejarahnya, kerajaan Nagur merupakan pemerintahan tertua Sumatera dan berpusat di wilayah Aceh sampai Sumatera Utara. Menariknya, kerajaan ini sudah memulai kehidupannya di sekitar abad ke-5, atau tahun 400 masehi.

Bahkan, kerajaan Nagur juga disebut sebagai nenek moyangnya orang Batak yang bermarga Simalungun.

Dalam berbagai manuskrip disebutkan bahwa Nagur jadi salah satu kerajaan kuno yang sangat maju, dengan berbagai kekayaan alamnya. Kerajaan ini juga membawa kebudayaan yang sampai sekarang identik dengan masyarakat setempat.

Kerajaan Nagur jadi awal peradaban Sumatera yang menarik untuk ketahui bersama. Berikut informasi selengkapnya.

Berdiri di abad ke-4

Tidak banyak sumber yang menjelaskan secara rinci tentang sejarah kerajaan Nagur yang pernah berjaya.

Namun berdasarkan catatan akademisi sejarah sekolah Belanda Vervolg School Pematang Siantar, Maratua Siregar dalam laman batak.catsboard.com, kerajaan ini mulanya ditempati penjelajah sekaligus Brahmana bergelar Darayad Damanik dari Asia Selatan atau kawasan yang disebut Hindustan (India).

Ia membawa rakyatnya warga kerajaan Nagore yang hancur diserang bangsa Hun dari Asia tengah.

Warga dari kerajaan itu kemudian mencari tempat aman dengan mengarungi samudera dan sampai di laut timur wilayah Sumatera sekitar akhir abad ke-4.

Mereka lantas masuk ke daratan di pulau Sumatera melalui perbatasan laut dengan daratan yang dikemudian hari bernama Batu Bara. Para pemimpin Nagore saat itu juga memboyong rakyatnya untuk menetap di sana.

Dibangun oleh orang India yang terusir

Beberapa masa setelahnya, peradaban baru mulai terbangun. Para bangsawan kerajaan Nagore beserta rakyatnya berhasil lolos dari bangsa Asia Tengah yang disebut sebagai bangsa perusak dan memiliki hasrat besar untuk menguasai banyak tempat. Gambar: wikipedia

Mereka kemudian menyusuri sungai Bah Bolon hingga ke daratan yang dianggap stabil dan aman bernama pulau Pandan.

Dalam keterangan di prasasti Tanjore, disebutkan bahwa rombongan ini mulai menata kehidupan rakyatnya dan perekonomian secara sederhana.

Mereka kemudian menyusuri sungai Bah Bolon hingga ke daratan yang dianggap stabil dan aman bernama pulau Pandan.

Merkat kondisi alam yang melimpah, membuat daerah ini mampu menjalankan kehidupannya dengan baik hingga dikenal sebagai negeri penghasil madu berlimpah pada sekitar tahun 400 an masehi.

Setelahnya, tiga orang dari India lainnya menyusul yakni Narasag, Naraga dan Narasi.

Ini yang disebut awal mula munculnya marga di masa mendatang.

Bercampur dengan nenek moyang orang Simalungun

Setelah mereka beradaptasi dengan masyarakat lokal, kedua belah pihak dari India dan perkampungan di sana sepakat mendirikan kerajaan bernama Nagur yang di sana sudah dihuni oleh marga Simalungun sebelumnya.

Terdapat sejumlah versi terkait penamaan Nagur. Ada yang menyebut jika Nagur berasal dari penyatuan “Na” dan “Gur” atau seorang pemimpin yang adil dan bijak sana (merujuk ke Darayad Damanik).

Namun ada juga yang mengatakan Nagur berangkat dari nama kerajaan sebelumnya Nagore.

Setelahnya kerajaan ini semakin maju, terutama lewat kegiatan pertanian dari warga Simalungun berupa rambung merah atau sejenis perekat.

Rambung merah begitu laku di pasaran karena bisa melapisi celah kayu kapal agar tidak tenggelam.

Mengenalkan kebudayaan menyembah

Selain membentuk kerajaan, warga dari India yang bersama-sama membangun kerajaan Nagur juga membawa budaya baru di sana. Budaya tersebut terkait dengan prosesi penyembahan kepada para Dewa yang sebelumnya tidak dikenal oleh masyarakat setempat.

Budaya penyembahan ini kemudian diakulturasi dengan kebudayaan setempat sehingga terciptalah Naibata atau memuja di atas bukit yang tinggi melalui dolog yang pusatnya berada persis di kota Pardagangan yang saat ini dikenal sebagai Desa Perdagangan, di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Dari catatan-catatan pustaha Simalungun, wilayah kota itu memiliki pusat penyembahan berhala dan rakyatnya hidup Makmur dengan penghasilan yang melimpah.

Beberapa yang diproduksi ialah rotan, karet, madu dan lain sebagainya.

Tiongkok sendiri menjadi pelanggan tetap hasil bumi, termasuk karet kapal lewat Dinasi Sui. Bahkan di sekitar sungai turut didirikan pelabuhan agar pertukaran ekonomi bisa berjalan dengan mudah.

Miliki 3 raja yang berkuasa

Sampai dengan masa akhir kejayaannya di abad ke-5 sampai 6, kerajaan Nagur sudah dipimpin oleh empat raja yakni Darayad Damanik, Marah Silau, Soru Tilu dan Timo Raya.

Makmurnya kerajaan tersebut lantas terdengar oleh kerajaan Sriwijaya yang kemudian mencoba menguasainya. Setelah diakuisisi oleh Sriwijaya, kerajaan Nagur diserang besar-besaran oleh Kerajaan Cholamandala (Coromandel) di India Selatan. Penyerangan ini merupakan upaya menguasai harta dari Kerajaan Nagur yang melimpah karena perdagangannya.

Kerajaan Nagur kemudian lambat laun hancur karena dikuasai India dan banyaknya perompak sehingga raja terakhir memilih mengundurkan diri.

Setelahnya berdiri kerajaan-kerajaan lain dari keturunan para pemimpin Nagur seperti Manik Hasian, Kerajaan Jumorlang dan Siantar sampai tahun 1300-1400 masehi.

Dari berdirinya kerajaan Nagur ini kemudian lahir sejumlah marga seperti Saragih, Sinaga, Purba dan yang lainnya. (Sumber merdeka.com)

Stik Famika Makassar

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ULTAH PULAU TALIABU
RIDWAN AZIZ
PLT BUPATI LABUHANBATU
Stik Famika Makassar
LAINNYA
x
x