Beberapa Paket DAK 2021 Diknas Jeneponto Molor Ke Tahun 2022, PPK: Sesuai Aturan Kita Kasih Waktu Dan Denda

Liputan4.Com,Jeneponto_ Sedikitnya sembilan paket proyek sekolah anggaran bersumber dari dana alokasi khusus fisik di dinas pendidikan kabupaten Jeneponto tahun 2021 tidak selesai sesuai kontrak.

Pejabat pembuat komitmen (PPK) dinas pendidikan Jeneponto Rahmat Sasmitho yang dikonfirmasi membenarkan hal tersebut, pihaknya selaku pemegang kebijakan kontrak kerja mengatakan tidak main-main terhadap hasil kinerja para pelaksana paket DAK 2021 saat ini,06/01/22.

Adapun kesembilan paket yang belum selesai tersebut masih ada dua paket bahkan baru dicairkan 25% namun Rahmat tidak menjelaskan penyebabnya yakni paket SMP 1 dan SMP 3 Bangkala dimana pelaksana berinisial RM.

PPK menjelaskan lebih jauh bahwa sesuai perpres nomor 12 tahun 2021 atas perubahan perpres nomor 16 tahun 2018 pekerjaan yang belum selesai dapat diberikan waktu tambahan maksimal 50 hari dari waktu masa kontrak habis, ” kita kasih waktu dengan cacatan dendanya berjalan sesuai aturan 1/1000 dari jumlah anggaran paket, saya tidak main-main dananya tidak akan cair jika belum selesai seratus persen,” tegas Rahmat.

Dari analisa aturan denda seperti paket yang ada di SD 29 ciniayo Bontoramba yang dikerjakan oleh CV.Anugerah Dua Putra misalnya dimana anggarannya sebesar Rp.636.545.000 maka dendanya sebesar Rp.636.545._+/ hari.

Baca Juga

3 bulan  lalu

Syah Afandin Buka RKPD dan RPJMD 2025-2045 Langkat, Berikut 6 Poin Capaiannya

114 MUH KHADAFI

Adapun kesembilan paket yang belum selesai tersebut terdiri dari 2 SMP dan 7 SD yakni SMP 1 Bangkala, SMP 3 Bangkala, SD 129 Togo-togo, SD 256 Bontotinggi, SD 19 Boyong, SD 59 Kampung Berua, SD 259 Batu naparakalloang, SD 211 Kampung Beru, SD 29 Ciniayo.

Dari kesembilan paket tersebut terdapat dua paket dengan pelaksana yang sama justru masih pencairan tahap awal yakni 25% yaitu SPM 1 Dan SMP 3 Bangkala, pelaksana inisial RM ini mendapat lima paket dan tiga diantaranya molor ke tahun 2022 membuat berbagai pihak mempertanyakan kemampuan pelaksana yang berani mengambil banyak paket namun tidak mampu dalam penyelaaian sesuai kontrak.