x

Menyelidiki Alasan Ilmiah Bila Pasanganmu Suka ‘Gigit-Gigit Manja’

waktu baca 3 menit
Senin, 15 Agu 2022 11:45 0 200 Redaksi

Suatu hari, saya sedang kelonan sama doi ketika tiba-tiba saya merasakan dorongan yang begitu kuat untuk menggigitnya. Kami tidak habis bertengkar atau semacamnya. Yang terjadi justru sebaliknya. Saya tak kuasa menahan gemas melihat kulitnya yang halus.

Ketika hasrat itu muncul, akal sehatku kalah dengan perasaan kagum, sayang sekaligus bingung yang menyergap hati. Rasanya saya baru puas setelah menggigit pasangan.

Saya tidak pernah ada niat menyakiti pasangan. Saat menggigitnya pun, saya dengan lembut menancapkan gigi pada bahu atau lengan doi — ibarat anjing yang mencari perhatian pemiliknya atau kucing yang mengajak main.

Dia jelas tidak menyukainya. Saya bukan hewan peliharaan yang kurang kasih sayang; saya cuma tidak jago mengendalikan dorongan impulsif. Saya yakin diriku saja yang aneh… sampai akhirnya saya iseng melempar pertanyaan soal dorongan tersebut ke Instagram dan menemukan ternyata itu cukup sering terjadi pada orang-orang yang punya pacar. Saya merasa lega setelah melihat respons yang seragam. Itu artinya saya begini bukan karena punya kink menjadi kanibal, vampir atau apalah itu.

“Buat saya, ada unsur seksual saat menggigit pasangan, bisa bikin terangsang,” ungkap Vanessa, 23 tahun. “Tapi juga ada saat-saat saya menyamakan tindakan ini dengan meremas bola untuk meredakan stres. Kayak tiba-tiba saja saya kepengin menggigit lengan pacar di tengah jalan.”

Setelah mengobrol dengan beberapa orang, saya dapat menarik kesimpulan banyak yang menggigit pasangannya untuk meluapkan perasaan mereka. “Saat masih kecil dulu, saya pasti akan menggigit bantal dan mainan lunak setiap kali merasa gembira, marah atau tak mampu membendung emosi,” kenang Murray, lelaki 25 tahun yang hobi menggigit manja pacarnya. “Saya rasa saya menggigit pasangan sebagai bentuk kasih sayang. Kurang lebih seperti orang-orang yang ingin mencubit anak anjing sekeras mungkin saking imutnya.”

Manusia diketahui memiliki kecenderungan bersikap agresif untuk mengungkapkan kekaguman — mencubit pipi bayi, meremas kepala kucing — tapi perilaku tersebut baru menjadi perhatian para peneliti beberapa tahun terakhir. Psikolog sosial Dr. Oriana Aragón memberinya istilah “ekspresi dimorphous” dalam studi yang diterbitkan pada 2015. Ekspresi ini merupakan perwujudan yang batiniah.

Penelitian ini terinspirasi oleh pernyataan mencengangkan aktris Leslie Bibb saat ia diundang dalam acara bincang-bincang Conan O’Brien. Bibb menceritakan pengalamannya melihat anjing yang sangat imut, dan dia ingin “menonjoknya” karena gemas.

Aragón menerangkan, saat Bibb bercerita sambil menggertakkan gigi dan mengepalkan tangan, orang mungkin akan melihatnya sebagai tindakan agresif. “Padahal sebenarnya tidak begitu,” katanya. Reaksi yang berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan Bibb mengilhami Aragón untuk menyelidiki “cute aggression” atau “agresi lucu”.

Menurutnya, ekspresi semacam ini sangat bergantung pada konteks, yang artinya ada berbagai faktor yang menimbulkan dorongan untuk bersikap kasar karena gemas. Hal ini juga tidak bisa disamakan dengan orang yang menendang anak kecil atau membanting kucing tanpa alasan jelas. Kita juga perlu menyadari tak semua orang akan langsung memahami tindakan kita, meski sebenarnya niat kita baik.

“Orang yang tidak paham konteksnya mungkin akan mengira kamu agresif karena ingin menggigit pasangan, atau mereka tidak tahu kalau sebenarnya itu didasari perasaan sayang,” tutur Aragón sambil tertawa. “Tapi dalam hubungan yang saling mencintai, di saat ada konteksnya, kita akan memahami itu termasuk bentuk kasih sayang.”

Tapi saya tetap penasaran, kenapa pula kita melakukan ini? “Penelitian awal kami menemukan, ketika individu menunjukkan tanda-tanda ‘agresi lucu’ karena kekaguman yang luar biasa, tindakan ini dapat meredakan pengalaman emosional yang begitu kuat,” dia menjelaskan. “Jadi saat kamu memiliki dorongan kuat untuk meluapkan perasaan kepada pasangan, dan kamu akhirnya menggigitnya, kamu melakukan ini untuk mengatasi perasaan tersebut.”

Dorongan semacam ini lebih normal daripada yang kita bayangkan. “Ini umum terjadi, dan persentasenya cukup tinggi dalam kisaran 50-60 persen,” ungkapnya. Walaupun penelitian Aragón tidak mendalami kebiasaan seseorang menggigit pasangan, istilah umum “agresi lucu” dapat menjelaskan berbagai perilaku dan fenomena serupa yang didorong rasa gemas.

@iamdanran

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
x
x