x

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Bukti Nyata Sinode GMIT Dukung Perangi Stunting dan TPPO 

waktu baca 4 menit
Selasa, 18 Jul 2023 11:05 0 238 Pay

LIPUTAN4.COM – Bukan rahasia lagi jika salah satu penghambat daya saing bangsa ini disebabkan oleh faktor kemiskinan. Kemiskinan merupakan tanggung jawab yang besar bagi pemerintah pusat sampai di tingkat daerah.

Segala upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memerangi kemiskinan, sehingga belum mampu menjawab tuntutan dari masyarakat terhadap kemiskinan yang semakin merenggut kehidupan sosial, maka semua masyarakat harus bahu membahu perangi kemiskinan yang telah menggerogoti kehidupan bersama, hal itu dikatakan Ketua Sinode GMIT, Pdt. Dr. Merry Kolimon.

Dr. Merry Kolimon mengungkapkan bahwa Provinsi NTT berada diperingkat 3 Nasional sebagai Provinsi yg tergolong kemiskinan setelah Provinsi Papua dan Papua Barat. Data P3KN Provinsi NTT terdapat 180.203 keluarga atau 1.035.638 jiwa yang dikategorikan sebagai kelompok miskin ekstrim.

Ketua Sinode GMIT, Dr. Merry Kolimon

Menurut Ketua Sinode GMIT, Dr. Merry Kolimon bahwa angka  kasus stunting dan TPPO yang tinggi dan tranding di NTT merupakan akar dari dampak kemiskinan. Badan Pusat Statitistik merilis di tahun 2023 bahwa provinsi NTT menduduki urutan pertama dalam kasus stunting dan pengiriman buruh Migran.

Menurutnya, Sudah 75 jiwa PMI yang meninggal di Malaysia asal NTT yang dikirim pulang. dan inilah persoalan besar kita, urainya.

“Pertanyaannya adalah siapa yang salah? Ini bukan saatnya kita saling menyalahkan, pemerintah harus menemukan formula yang tepat untuk menanggulangi kemiskinan ini. Masyarakat pun harus mampu menginovasi diri untuk memberdayakan perekonomiannya secara mandiri. Urai Dr. Kolimon.

Dr. Mery Kolimon juga menguraikan bahwa GMIT telah menunjukan perannya dalam menanggulangi kemiskinan melalui gerakan yang dinamakan GASUNG (Gereja Bersih Stunting) dan GARUG (Gereja Bersih Buruh Migran).

“Ajaran dan doktrin Gereja adalah hal yang sangat penting, tapi kesejahteraan ekonomi umat adalah tanggungjawab kita bersama, maka pelayanan gereja akan menjadi utuh. Mari bekerja sama dengan lintas sektor di NTT untuk membangun kehidupan yang lebih baik” tegasnya.

Menjadi contoh Sinode GMIT telah menjadi contoh riil yang bagus dan patut di contohi oleh seluruh masyarakat NTT adalah dengan program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilgerakan oleh Sinode GMIT yang di motori oleh Pdt. Gustaf Nenu, M.Th di Desa Fatululat Fatumonas Kecamatan Amfoang Tengah, dalam sektor peternakan dan pertanian.

Pdt. Gustaf Nenu kepada awak media mengungkapkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dikembangkan di Desa Fatumonas diantaranya ternak ayam kampung petelur dan pedaging oleh kelompok ibu/perempuan. Sedangkan 15 kelompok tani lainnya menanam beberapa komoditas yakni cabai, sayuran, tomat dan juga saat ini sedang menguji penanaman strawbery.

Pendeta Gustaf menjelaskan, untuk saat ini Jemaat Overa Fatululat mulai bisa mandiri melalui swadaya masyarakat sendiri. Gereja, donatur perorangan ataupun kelompok dari luar turut membantu dalam bentuk barang, dari situ umat setiap kelompok mulai  memelihara dan bertani untuk memanfaatkan potensi sumber daya yang ada.

Pendeta Gustaf Nenu, saat berada di pusat peternak yang dirintisnya bersama Sinode GMIT

Sebagai motor penggerak, Pdt. Gustaf Nenu menguraikan bahwa masih banyak kekurangan baik itu iklim maupun dukungan modal, tapi kita (Gereja) tetap berusaha untuk mengatasinya.

“untuk saat ini kami tetap memfasilitasi anak-anak muda untuk melakukan pelatihan pertanian di PT. Amazing Farm Bedugul-Bali, sudah 3 kali kita kirim, 5 orang setiap kali pengiriman, puji Tuhan mereka sudah bisa mengimplementasikan ilmunya “ucap Pdt. Gustaf Nenu, M.Th.

Pendeta Gustaf Nenu juga menjelaskan ia memiliki strategi  untuk mengatasi stunting di Desa Fatululat Fatumonas, yakni membagikan telur ayam kampung secara cuma-cuma dari hasil penjualan oleh kelompok ternak ibu dan perempuan.

“setiap hari kami bagi per butir telur kepada balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Selain itu mereka juga diberikan kapsul kelor, yang diolah senduri dengan cara daun kelor dikeringkan atau dijemur lalu dimasukan ke dalam kapsul. Ucap Pendeta Gustaf.

Pendeta Gustaf Nenu juga berharap agar semua sektoral jangan tutup mata, kita harus berperan aktif dalam penanggulangan kemiskinan ini, berdayakan potensi sumber daya yang ada, mendukung masyarakat dalam bentuk apapun. Ekonomi baik representasi dari kemartabatan kita. tetap semangat, ” Tegasnya

Google News

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA
x
x