x
HARI KARTINI

Kaum Perempuan Optimis Rencana Pengembangan Irigasi Rawa Pisang – Rawa Sragi1 Untungkan Mereka

waktu baca 3 menit
Senin, 28 Agu 2023 08:24 0 537 SRI WIDODO

Liputan4.com,  Lampung Selatan.

Setiap upaya pembangunan pasti ada untung ruginya, begitu pula dengan rencana Pembangunan Irigasi Rawa Pisang dan Rawa Sragi1 yang baru tersosialisasi pada kaum ibu-ibu di Desa Blimbingsari Kecamatan Jabung, Senin,(21/08/2023).

Sosialisasi yang di laksanakan oleh
PT Gracia Widyakarsa yang dikoordinir oleh Indomora Naibaho tersebut nampak hadir perwakilan warga Desa yang nantinya terdampak pembangunan irigasi, di antaranya perwakilan kaum wanita desa Belimbing Sari, Tanjung Sari (Kec Jabung); Marga Batin (Waway Karya); Bali Agung, Bumi Restu, Mekar Mulya, Pulau Jaya, Bandan Hurip, Palas Jaya, Pulau Tengah (Palas), Rawa Selapan, Sinar Pasemah, Trimomukti (Candipuro).

“ Kami yakin jika itu terlaksana baik, pastinya sawah kami tidak lagi tergenang pada musim tanam pertama dan tidak kekeringan pada musim tanam berikutnya”, ungkap Kasilah (43) saat mengikuti FGD atau Diskusi Kelompok Terarah kaum perempuan di Desa Blimbingsari Kecamatan Jabung

Hal senada dikemukakan oleh Sunarsih (36) warga Desa Palas Jaya Kecamatan Palas yang mengatakan bahwa jika kebutuhan air sudah tercukupi dari irigasi, maka biaya pertanian akan berkurang dan tentunya hasil panen akan meningkat.

Mereka merasakan betul bagaimana biaya yang besar saat penelolahan lahan Sampai panen tiba,belum juga bila musim kemarau biaya pasti bertambah karena untuk biaya bahan bakar, sedangkan bila musim hujan banjir datang, karena mereka para istri yang selalu mendampingi suaminya bersawah.

Sebagai warga terdampak, pasti lahan sawahnya akan berkurang. Walau demikian, mereka tidak terlalu khawatir jika sawah yang didapat sebagai warisan orang tuanya itu akan berkurang luasnya – sebagai akibat dari pembangunan irigasi yang direncanakan.

“Walau luas sawah warisan kami berkurang, tapi kami para petani tidak ada lagi kekurangan air, seperti saat ini kami mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk biaya untuk pengolahan lahan pada saat tanam, dan bagi hasil saat panen”, kata dia

“Setidaknya kami harus mengeluarkan antara 1-1,5 juta saat tanam dan bagi hasil 8:1 saat panen tiba” keluhnya lagi.

Namun bila pembangunan irigasi bisa terlaksana beban biaya pertanian akan berkurang. Dan tanah kami yang hilang itu juga  akan mendapat ganti yang sesuia.

Indomora Naibaho, salah satu perwakilan PT Gracia Widyakarsa saat menyampaikan sosialisasi tersebut mengatakan, FGD yang merupakan bagian dari studi Pembebasan Lahan dan Permukiman Kembali (LARAP) terkait dengan rencana proyek URSIP atau Proyek mendesak untuk Rencana Irigasi Strategis Wilayah Barat Indonesia itu telah dilakukan di beberapa tempat di lokasi rencana proyek.

Sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya, tiap FGD diikuti oleh sekitar 12 orang peserta representatif – yang dianggap mewakili 960 warga terdampak proyek.
Sesuai dengan fungsinya untuk menggali inspirasi masyarakat,

“FGD khusus perempuan ini dilakukan dalam suasana yang santai dan bebas dari intimidasi atau paksaan agar mereka bebas mengeluarkan pendapat; bersifat inklusif gender , dipandu oleh fasilitator perempuan dengan harapan bahwa peserta yang semua perempuan terdampak proyek itu tidak lagi malu-malu mengeluarkan pendapatnya dihadapan sesama perempuan,” ucap dia

Terbukti kedua perempuan di atas dapat dengan leluasa mengeluarkan pendapat – bahkan unek-unek terkait rencana proyek. Dari hasil pengolahan data, beberapa simpulan yang berhasil dicatat antara lain:
Keuntungan terbesar jika proyek terlaksana adalah bahwa air irigasi akan terkelola baik, artinya sawah tidak lagi terendam saat musim hujan dan tidak kekeringan saat musim kemarau. Hal itu dijawab oleh 31% peserta. Keuntungan berikut adalah hasil panen yang meningkat (17%) dan turunnya beban biaya pertanian (13%) hingga kehidupan ekonomi meningkat (19%).

“Adapun kerugiannya adalah bahwa mereka tidak punya sawah lagi jika semua lahannya tergusur (25%) atau sawahnya tak dapat digarap lagi karena sebagian besar sawahnya terkena dampak (14%). Mereka juga takut tidak lagi memiliki sawah – padahal sebagian besar kepemilikannya dari hasil warisan orang tua.” Pungkas dia

Stik Famika Makassar

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ULTAH PULAU TALIABU
RIDWAN AZIZ
PLT BUPATI LABUHANBATU
Stik Famika Makassar
LAINNYA
x
x