x
PALANG MERAH INDONESIA

Disebabkan Kelalaian Oknum Perawat Puskesmas Dasuk, Seorang Anak Meninggal Dunia

waktu baca 4 menit
Kamis, 21 Mar 2024 22:07 0 274 SYARIF HIDAYAT

Liputan4.com, Sumenep – Diduga faktor kelalaian dari oknum perawat puskesmas Dasuk, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur seorang anak meninggal dunia.

Hal ini merupakan kejadian yang kedua kalinya. Dulu yang menjadi kesalahan adalah saat menghubungi dokternya tidak aktif. Kini sudah terulang lagi, dengan kelalaian oknum perawat yang shift merawat pasien kurang profesional dalam bekerja.

Oknum perawat yang shift pagi dan shift siang pada tanggal 19 Maret 2024 kinerjanya perlu dipertanyakan. Keluhan dari pihak keluarga pasien seharusnya menjadi atensi bagi perawat agar lebih cekatan melayani dan merawat pasien.

“Dia masuk ke Puskesmas pada tanggal 16 Maret 2024. Dia mendapatkan tindakan cek darah saja dilakukan pada tanggal 16 setelah itu tidak ada lagi,” Kata salah satu kerabat korban yang tidak mau disebutkan namanya, Kamis (21/3/2024).

“Bagaimana cara mengevaluasi kalau tidak ada tindakan seperti itu. Hal ini kuat dugaan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah hanya di simpan dan tidak dipergunakan. Mungkin bisa saja ketika ada kejadian seperti ini baru dipergunakan, setelah memakan korban,” tegasnya.

Pihaknya meminta kepada pemerintah daerah, dengan kelalaian oknum perawat puskesmas Dasuk, ia secara tegas oknum perawat yang tidak profesional pada profesinya segera ditindak.

Memang dari hari Pertama kali masuk dia menerima pelayanan yang baik. Akan tetapi pada hari Selasa kondisinya mulai anjlok lagi. Dari dokternya yang menangani pasti tahu dan pasti memberikan arahan kepada oknum perawat yang menangani terkait kondisi pasien tersebut.

“Kami memang mulai curiga, tepatnya jari Selasa mungkin ada saran dari dokter grojok akan tetapi pada pagi itu infusnya saja sisa yang malam hari dan belum diganti,” jawabnya.

Ia menjelaskan, Sebenarnya dia ditangani dari pagi. Pada saat keluarga melapor ke perawat anaknya dalam keadaan menggigil, bukan malah perawatnya menjawab itu efek dari obat. Anehnya mana ada efek menggigil seperti itu disebabkan oleh obat.

“Dia cek darahnya dilakukan pada tanggal 16 setelah itu tidak ada lagi. Bagaimana cara mengevaluasi kalau tidak ada tindakan seperti itu. Hal ini kuat dugaan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah hanya di simpan dan tidak dipergunakan. Mungkin bisa saja ketika ada kejadian seperti itu baru dipergunakan setelah memakan korban,” paparnya.

Terlepas dari Kepala Puskesmas Dasuk, drg. Novia Sari Wahyuni mengatakan saat dikonfirmasi oleh media Liputan4.com, bahwa pada hari ketiga (Senin) setelah di rawat di puskesmas Dasuk, kondisi anak menurun dan gelisah sehingga pihaknya menyarankan untuk segara di rujuk, tapi oleh keluarga pasien tidak dibolehkan karena masih ingin dirawat di puskesmas.

“Hari Selasa itu saat dicek, masih bagus, masih 4,5,6, jadi kondisinya masih stabil semua, kondisi yang buruk di malam hari,” ujarnya.

Saat ditanya, terkait pengecekan darah, pihaknya mengaku sudah dijelaskan di kronologi, karena pihaknya dokter sudah mendatangi dinas terkait.

Pihaknya dalam obrolan langsung bersama media sempat keceplosan. Ia mengaku ada beberapa berkas memang tidak dikerjakan oleh oknum perawat yang menjadi karyawannya. Pada hal ini kuat dugaan kronologi pasien dan rekam medis bisa saja dibuat-buat sebaik mungkin. Agar membuat nama baik puskesmas baik-baik saja tanpa ada masalah ini.

“Aku takut salah ngomong lo, karena sudah ada di kronologi, sesuai dengan RM (Rekam Medis, red),” bebernya.

“Mengecek DBD tidak harus mengambil sampel darah, kami ada sendiri alatnya,” ucapnya.

Sebelum terjadin kejadian fatal, pada hari Selasa pagi pihak dokter sudah melakukan observasi intensif kepada pasien.

“Saat dicek masih enak, itu malamnya yang kritis, karena kalau DBD itu resikonya tinggi banget, 7 hari melewati masa kritis, kalau penanganan awal dan bagus kondisi ketahanan tubuhnya maka penanganannaya bisa berjalan sempurna,” jelasnya.

“Saat kritis itu yang terjadi malamnya, dan langsung kita rujuk, tapi setelah stabil, tensinya sudah naik, SPO2 naik, kami sudah grojok infus, itu dokternya yang nangani sendiri,” tuturnya.

Terkait RM (rekam medis), pihaknya mengaku tidak ada yang keliru, cuma ada catatan yang kurang lengkap saat mengganti infus yang tidak ditulis.

“Tapi itu di hari pertama dan kedua ya!,” imbuhnya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

AM-SAH
Kejaksaan Republok Indonesia
CALON BUPATI SUMENEP
Menuju Taliabu Emas
Era Baru Menuju Taliabu Emas
BKPSDM PULAU TALIABU
BAWASLU TALIABU
BPBD TALIABU
LAINNYA
x
x